Jenis
Instrumen atau alat musik dari 21 daerah Nusantara
Alat Musik Tradisional Nanggroe Aceh Darussalam
Celempong
Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya.
Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang.
Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya.
Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang.
Alat Musik Tradisional Sumatra Utara
Aramba
Alat musik pukul,gesek,tiup dan petik juga terdapat di
Nias,Alat-alat musiktersebut di bunyikan pada saat pesta,pada upacara
kebesaran,pestaperkawinan dan kematian,Aramba (Gong),faritia (canang) dan
Gondra(gendang),Fondrahi/tutu (tambur) di bunyikan berhari-hari sebelum
pestaberlangsung agar masyarakat dan desa tetangga mendengar nya,Alat musicLagia,Ndruri,Doli-doli,dan
Surune sering di Bunyikanoleh masyarakat padasaat mereka sedang santai
kesepian, atau sedih agar mereka dapat terhibur.
Di Nias selatan, selain pada upacara kebesaran (Fa’ulu),pada
upacara
kematianseorang bangsawan yang di hormati,gong dan gendang
jugaDibunyikan.sementara pada upacara pemujaan dewa-dewi para pemukaagama kuno
(Ere)selalu membunyikan Fondrahi sambil mengucapkanmantra-mantra tertentu dalam
bentuk syair atau pantun
Alat Musik Tradisional Sumatra Barat
Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional
khas Minangkabau,Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari
bambu tipis atau talang (Schizostachyum
brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang
paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau
talang yang ditemukan hanyut di sungai.Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau. Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik nafas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernafasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan nafas).
Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki style tersendiri. Contoh dari style itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Style Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Style yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
Dahulu, khabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Aku malapehkan pitunang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga buni saluang ambo, kununlah anak sidang manusia……dst
Alat Musik Tradisional Jawa Barat
Angklung
Angklung adalah alat musik
multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat
berbahasa
Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan
dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu)
sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4
nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung
Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak
November 2010.
Alat Musik
Tradisional Jawa Tengah
Gamelan
Gamelan adalah ensembel
musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong.
Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu
kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri
berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti
akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di
pulau Jawa, Madura,
Bali, dan Lombok di Indonesia
dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini,
dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap
sinonim dengan gamelan.
Alat
Musik Tradisional Sulawesi Utara
Kolintang atau kulintang adalah alat musik
yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan
dengan diiringi oleh gong tergantung yang lebih besar dan drum. Kolintang
merupakan bagian dari budaya gong Asia
Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan
Melayu Timur - Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur,
Brunei, dan Timor.[6]
Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana menjadi
bentuk seperti sekarang.[5]
Kegunaannya bergantung pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari
Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Barat,
Kulintang merupakan tradisi gong yang terus berkembang.Alat musik ini dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.
Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur
Sasando
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik
musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama
Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang
bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote
sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya
seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama
sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada
bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana
senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah
bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap
petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat
dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan
tempat resonansi sasando.
Alat musik tradisional Lampung “Cetik” kini mulai digemari masyarakat Lampung.
Alat musik yang terbuat dari bambu itu kini tidak saja dipelajari di
sekolah-sekolah formal di Lampung, menjadi kurikulum di Sekolah Tinggi Agama
Hindu, melainkan juga sudah berkembang kepada pemakaian sebagai alat musik
pengiring ibadah di pura.
Alat
Musik Tradisional Jakarta
Gamelan Ajeng
Gamelan Ajeng merupakan musik folklorik Betawi
yang mendapat pengaruh dari musik Sunda. Beberapa daerah di Pasundan terdapat
pula gamelan ajeng. Seperti di Kecamatan Kawali, Ciamis, Jawa Barat. Meskipun
begitu perkembangan kemudian membedakan gamelan ajeng di Betawi dan gamelan
serupa di Pasundan. Gamelan ajeng Gandaria pimpinan Radi Suardi misalnya
memainkan lagu-lagu seperti Carabali, Timblang, Gagambangan, Matraman,
Banjaran, Jiro, lagu-lagu yang tidak ada di gamelan ajeng di Pasundan.
Sementara lagu-lagu yang terdapat dalam gamelan Ajeng Sumedang adalah
Papalayon, Engko, Titipati, Bayeman, Papalayon Buyut, dan Bondol Hejo.
Alat Musik Tradisional Banten
Angklung Buhun
Angklung buhun ini adalah alat musik
tradisional masyarakat Baduy di Banten. Angklung buhun adalah
alat musik tradisional khas Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dinamakan
buhun karena kesenian ini lahir bersamaan dengan hadirnya masyarakat Baduy.
Buhun berarti tua, kuno (baheula ). Jadi, maksudnya angklung buhun
adalah angklung tua yang menjadi kesenian pusaka masyarakat Baduy.
Kesenian ini dianggap memiliki nilai
magis (kekuaan gaib) dan sakral. Selain itu kesenian ini juga punya arti
penting sebagai penyambung amanat untuk mempertahankan generasi masyarakat
Baduy.Saat ini kelompok pemain kesenian angklung buhun sangat jarang ditemui
atau dipentaskan.
Biasanya kesenian ini sekarang hanya
dijumpai pada acara-acara ritual, seperti acara adat Seren Taun di Cisungsang
dan Seba di masyarakat Baduy, Kabupaten Lebak.Kesenian Buhun memiliki karakter
kesenian yang sederhana baik dalam lirik atau lagunya. Biasanya menggambarkan
alam sekitar sehingga menciptakan suasana yang nyaman, damai, dan harmonis.
Alat
Musik Tradisional Jawa Timur
Selompret
Selompret (en: Bugle) adalah salah satu bentuk alat musik tiup logam paling sederhana,
dengan tidak memiliki katup maupun alat pengubah titinada lainnya. Semua
kontrol nada
dilakukan oleh variasi gerakan bibir, dikarenakan selompret tidak memiliki
mekanisme lain untuk mengontrol nada. Akibatnya, suara selompret terbatas pada note dalam seri harmonik.
Alat
Musik Tradisional Kalimanatan Barat
Sampek
Sampek adalah alat musik tradisional Suku Dayak.
Alat musik ini terbuat dari berbagai jenis kayu. Namun, yang paling sering
dijadikan bahan adalah kayu arrow, kayu kapur, dan kayu ulin dan dibuat secara
tradisional. Proses pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat
dengan 3 senar, 4 senar dan 6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai dengan
keinginan pembuatnya, dan setiap ukiran memiliki arti.
Alat
Musik Tradisional Kalimanatan Tengah
Gandang Tatau
Gandang Tatau (gendang tunggal) adalah jenis
Gandang yang agak besar dan panjang. Panjangnya bisa mencapai satu-dua meter
dengan garis tengah atau diameter mencapai lebih kurang 40 centimeter.
Pada Gandang Tatau, salah satu
bagian ujungnya dipasang membran yang terbuat dari kulit sapi, rusa atau panganen
(ular sawa atau piton) dan pada bagian pangkalnya dibiarkan terbuka untuk
menguatkan suara ketika membran ditabuh.
Gandang tatau biasanya digunakan
pada upacara-upacara adat, antara lain acara tiwah (upacara kematian, Red),
bantang, wara dan upacara penyambutan tamu dengan alat musik pengiring lainnya
terdiri atas gong sebanyak tiga-lima buah dan seperangkat kangkanong.
Alat
Musik Tradisional Kalimantan Selatan
Kuriding
Kuriding adalah sebuah alat
musik khas Kalimantan Selatan. Kuriding dimainkan oleh
seniman dari etnis Bakumpai maupun Banjar.
Kuriding dibuat dari enau atau kayu mirip ulin yang hanya ada di daerah Muara Teweh,
Barito
Utara.Cara memainkan Kuriding adalah tangan kiri memegang tali pendek melingkar yang menahan bilah kayu itu agar menempelkan di mulut. Tangan kanan menarik-narik tali panjang yang diikat pada ujung bilah sebelahnya. Terdengar seperti suara angin menderu-deru, diiringi bunyi menghentak-hentak berirama teratur.
Deru angin itu muncul dari tiupan mulut pemain Kuriding, sedangkan bunyi menghentak-hentak dari tarikan tangan kanan.
Alat musik Kuriding diketahui melalui lagu Ampat Lima yang salah satu liriknya adalah "ampat si ampat lima ka ai, Kuriding patah,.." tapi jarang ada yang melihat bentuk alat itu apalagi orang memainkannya
Alat Musik Tradisional Kalimantan Timur
Tingkilan
Tingkilan adalah seni musik khas suku Kutai.
kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang
digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang
kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola.
Musik Tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan.
Betingkilan sendiri berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan. Dahulu
sering dibawakan oleh dua orang penyanyi pria dan wanita sambil
bersahut-sahutan dengan isi lagu berupa nasihat-nasihat, percintaan, saling
memuji, atau bahkan saling menyindir atau saling mengejek dengan kata-kata yang
lucu. Musik Tingkilan ini sering digunakan untuk mengiringi tari pergaulan
rakyat Kutai, yakni Tari Jepen.
Alat
Musik Tradisional Bali
Gamelan
Jegog
Gambelan “Jegog” adalah gambelan (alat musik) yang terbuat dari pohon bambu berukuran besar yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi seperangkat alat musik bambu yang suaranya sangat merdu dan menawan hati.
Alat
Musik Tradisional Papua
Tifa
Tifa merupakan alat musik
khas Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku dan Papua. Alat musik ini
bentuknya menyerupai kendang dan terbuat dari kayu yang di lubangi tengahnya. Ada
beberapa macam jenis alat musik Tifa seperti Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas.
Tifa mirip
dengan alat musik gendang yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini
terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah
satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang
telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Bentuknyapun
biasanya dibuat dengan ukiran. Setiap suku di Maluku dan Papua memiliki tifa
dengan ciri khas nya masing-masing.
Tifa biasanya
digunakan untuk mengiringi tarian perang dan beberapa
tarian daerah lainnya seperti tari Lenso dari Maluku yang diiringi juga
dengan alat musik totobuang, tarian
tradisional suku Asmat dan tari Gatsi.